Sabtu, 10 Maret 2012

Hasil Survey Tourist Information Center

Hasil Survey
Tourist Information Center (TIC)
Pemprov Jabar 
Jl.Stasiun Timur - Bandung

Pusat informasi yang kedua yaitu Tourist Information Center dibawah binaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bertempat di Jl.Stasiun Timur. Tempat ini tergabung dengan kawasan stasiun kereta api.
Lahan yang dimiliki tempat ini tidak terlalu luas, hanya berukuran 2,00 x 6,00 meter. Karena tempat ini berada di kawasan stasiun kereta api, kebanyakan pengunjung menanyakan tentang jadwal keberangkatan kereta, rute perjalanan kereta, meskipun masih ada yang menanyakan tentang info wisata. Fasilitas yang dimiliki tempat ini diantaranya ;
a.       Receptionist ( Ruang Info )
b.      Display Area
c.       Brosur & Peta
d.      Komputer
e.       TV
f.       Loker








Doc : Mochammad Amiruloh
Date : Monday, 5 April 2012


`mudah-mudahan bermanfaat`

Kamis, 08 Maret 2012

sancang oh sancang, PKKJ Cisomang 2011

PKKJ Kelompok 6
 PPI 2 Pajagalan - Bandung 
Cisomang - Cikalong Wetan - Bandung Barat
25 Mei 2011
( part 1 )

Dalam rangka penutupan kegiatan PKKJ, kami mengadakan "Penanaman 1000 Pohon" di Sancang. kegiatan ini bertemakan "al-baaqiyah sholihah". Kegiatan ini diramaikan oleh keluarga besar Persatuan Islam beserta otonom, masyarakat Cisomang dan adik-adik kami di Madrasah Ibtidaiyyah & Tsanawiyyah PPI 14 Cisomang.
Selain itu, kami mengadakan Haflah Imtihan Perpisahan PKKJ dan ditutup dengan Tabligh Akbar yang disampaikan oleh al-ustadz KH.Zaenal Muttaqien ( dari Pajagalan Bandung ).

Kami yang ber-PKKJ :
Pembimbing : KH.Zaenal Muttaqien
Ketua           : Mochammad Amiruloh
Sekretaris    : Fajar Shiddiq A
Bendahara   : Sri Rosimah
Anggota       : 
Muh.Muslih Irfan
Bagus Ismail
Muh.Fahmi Al-Islamy
Harits M Faisal

Qory Nurul Fadillah
Sopi Rahmayani
Laily Alifah
Nurul Ari Mardiantini
Rofiah Ratna Suteja
Ika Parlina
Evi Siti Kholidah
Silmy Nurul Firdaus
Siti Sarah Sholahuddin
Tya Octavia












terima kasih atas segala partisipasi kawan-kawan dalam menyukseskan kegiatan ini selama 14 hari, saya bangga dengan semangat dan kerja keras kawan-kawan atas kegiatan ini. 
dan terima kasih pula kepada seluruh lapisan masyarakat Cisomang yang telah menerima kami dengan sangat baik. mudah-mudahan silaturahmi kita tetap terjaga sampai kapanpun.


atas nama Kelompok PKKJ
Mochammad Amiruloh

Arsitektur Vernakular edisi Toraja


Tongkonan
Tongkonan adalah rumah adat suku Toraja. Lucu ya namanya, tongkonan. Sekilas terdengar seperti tempat untuk duduk dan menonton sesuatu.
Tongkonan selalu menghadap ke utara. 

Apa itu Tongkonan? 
Berdasarkan asal katanya, “tongkon,” artinya memang menduduki atau tempat duduk. Tapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan menonton hehehe. Tongkonan dikatakan sebagai tempat duduk karena merupakan tempat berkumpulnya para kaum bangsawan Toraja. Mereka biasanya duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi mengenai masalah-masalah adat.
Bentuk tongkonan amat unik. Kedua ujung atapnya runcing ke atas mengingatkan kita pada rumah gadang dari Sumatera Barat. Ada yang mengatakan bentuknya seperti perahu dengan buritan tapi ada pula yang menyamakannya dengan tanduk kerbau.
Satu hal yang pasti, semua tongkonan Toraja mengarah ke utara. Arah tongkonan serta ujung atap yang runcing ke atas melambangkan bahwa mereka berasal dari leluhur yang datang dari utara. Ketika nanti mereka meninggal pun, mereka akan berkumpul bersama arwah leluhurnya di utara.
Selain bentuknya yang unik, tradisi tongkonan juga menarik lho. Menurut kisah setempat, tongkonan pertama dibangun oleh Puang Matua atau sang pencipta di surga. Dulu hanya bangsawan yang berhak membangun tongkonan. Selain itu, rumah adat tongkonan tidak dapat dimiliki secara individu tapi diwariskan secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Toraja.

Macam-macam Tongkonan 
Tongkonan juga diberi nama berdasarkan letak atau posisi tongkonan itu sendiri seperti contohnya Tongkonan Belo Langi yang berarti tongkonan tempat tertinggi. Nama tongkonan juga berdasarkan nama daerah seperti Tongkonan Garampa.
Pola hias, posisi atau letak tangga dan pintu, serta banyaknya ruangan juga memiliki arti secara sosial, ekonomi, dan religius magis. Contohnya saja, semakin banyak ruangan dalam tongkonan artinya semakin tinggi kedudukan tongkonan tersebut.
Atapnya seperti bentuk perahu. 
Tongkonan dibagi ke dalam tiga macam berdasarkan kelas sosial, yaitu:

1. Tongkonan Layuk. 
Tongkonan ini dibangun untuk orang berkuasa dan sebagai pusat pemerintahan. Ciri-ciri tongkonan ini adalah ukiran seperti hewan dan tumbuhan di dinding rumah. Selain itu ada pula hiasan kepala kerbau dan deretan tanduk kerbau. Kepala dan tanduk kerbau adalah penanda kemakmuran serta hidup berkelimpahan.

2. Tongkonan Pekamberan. 
Ini tongkonan bagi keluarga yang dipandang hebat dalam adat. Ciri tongkonan ini sama dengan tongkonan layuk.

3. Tongkonan Batu. 
Jenis ketiga ini adalah rumah bagi keluarga biasa. Tongkonan ini disebut banua oleh masyarakat setempat. Selain minim ukiran, banua juga tidak punya hiasan sehingga lebih mirip pondok bambu.

Membangun Tongkonan 
Untuk mendirikan tongkonan, diperlukan waktu tiga bulan dengan sepuluh pekerja. Untuk mengecat dan dekorasi perlu tambahan satu bulan lagi. Waktunya lama karena seperti penjelasan Nesi di atas, setiap bagian tongkonan melambangkan adat dan tradisi masyarakat Toraja. Jadi tidak bisa sembarangan.
Bayangkan saja, konstruksi rumah adat Tongkonan terbuat dari kayu tanpa menggunakan unsur logam seperti paku sama sekali. Belum lagi ornamen rumah berupa tanduk kerbau serta empat warna dasar: hitam, merah, kuning, dan putih. Empat warna tersebut mewakili kepercayaan asli Toraja yaitu Aluk To Dolo.
Perhatikan ornamen tanduk & kepala kerbau, serta warna hitam merahnya.
Tiap warna harus digunakan dengan tepat karena melambangkan hal-hal yang berbeda. Hitam melambangkan kematian dan kegelapan, kuning adalah simbol anugerah dan kekuasaan ilahi. Warna merah adalah warna darah yang melambangkan kehidupan manusia. Sedangkan putih adalah warna daging dan tulang yang artinya suci.
Ornamen tanduk kerbau yang ada di depan tongkonan melambangkan kemampuan ekonomi satu keluarga. Setiap upacara adat di Toraja, terutama upacara pemakaman, menggunakan kerbau yang sangat banyak. Tanduk kemudian dipasang pada tongkonan milik keluarga mereka. Semakin banyak tanduk yang terpasang di tongkonan, semakin tinggi pula status sosial keluarga pemilik tongkonan tersebut. 
( Doc : Kidnesia.com)